Pecel Khas Ngawi

Bagi Anda pecinta kuliner dan kebetulan sedang melintas di Kota Ngawi, Anda wajib mencoba pecel khas Ngawi yang legendaris. Namanya pun khas, yaitu pecel letok. Pecel letok disajikan dengan pincuk daun jati, yang konon membuat rasanya menjadi lebih nikmat. Pecel ini dapat dijumpai di setiap warung nasi pecel di sudut-sudut kota Ngawi, baik pagi, siang maupun malam. Salah satu penjual pecel letok adalah Narsih (45). Ia membuka warung tenda di depan kantor Pegadaian, Jalan Untung Suropati, Kota Ngawi. Meskipun warungnya kecil, namun selalu ramai pengunjung. “Alhamdulilah belum istirahat ini dari pagi melayani pembeli. Pecel letok disini khasnya Ngawi, pincuknya pakai daun jati biar lebih sedap,” jelas Narsih sambil melayani pelanggan kepada detikcom, Rabu (4/4/2018). Narsih menjelaskan, bumbu atau sambal pecel letok umumnya sama dengan pecel Madiun. Namun ada bumbu letok yang disiramkan di atas pecel dan sayuran pelengkapnya. “Jadi memang kalau orang Ngawi pasti minta letok ini. Yang ndak suka nasi saya juga sedia lontong sayur lodeh bung (bambu muda), tentu ditambah bumbu pecel dan letok,” tuturnya. Penasaran apa itu letok? Narsih menuturkan letok terbuat dari adonan tempe segar dan tempe setengah busuk. Tempe segar dan tempe setengah busuk tersebut kemudian dihaluskan, ditambah bumbu rempah dicampur air. Dalam adonan letok tersebut juga ada jerohan sapi seperti babat, usus, telur ayam dan lainnya.

“Bumbu letoknya ini bahannya tempe segar dan tempe yang setengah busuk itu di haluskan jadi satu dengan bumbu rempah. Direbus debgan air dan ada irisan jerohan sapi kita aduk jadi satu,” kata Narsih. Harga nasi pecel plus letok biasa tanpa jerohan sepincuk hanya Rp 3 ribu. Ini pun biasanya sudah diberi bonus lauk tempe. Sedangkan jika memakai letok dicampur jerohan, harganya hanya Rp 6 ribu saja. “Dalam sehari omzet jualan nasi pecel letok untuk hari biasa antara Rp 600 ribu hingga Rp 800 ribu, sedangkan hari Minggu bisa mencapai lebih dari Rp 1 juta,” ungkapnya. Ditemani suaminya yang bertugas membuat minuman, setiap pagi warga Desa Selopuro Kecamatan Pitu tersebut berangkat pukul 05.00 WIB menyeberangi Bengawan Solo dengan naik perahu kayu dan tiba di warung dan buka mulai pukul 05.30 WIB. Saat tutup pada pukul 12.00 WIB, Narsih mengaku bisa menghabiskan 1 panci besar bumbu letok.

Salah satu pengunjung setia warung pecel letok Narsih mengaku selalu ketagihan. “Hampir tiap hari saya saya sarapan disini kalau pagi. Kadang saya bungkus dibawa kantor. Sedap rasanya dibungkus daun jati,” ujar pria yang juga salah satu staf di Sekretariat Pemkab Ngawi bernama Komari (40) tersebut. (lll/lll) Baca artikel detiknews, “Ke Ngawi, Jangan Lupa Coba Pecel Letok Pincuk Daun Jati”. (https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-3952509/ke-ngawi-jangan-lupa-coba-pecel-letok-pincuk-daun-jati)